Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Kalian mungkin bertanya, mengapa terjadi mobilitas sosial? Apakah mobilitas selalu terjadi dalam masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalian perlu mempelajari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya mobilitas sosial.
Dalam setiap masyarakat,
kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbeda-beda. Ada masyarakat yang
dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat
yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial. Mengapa demikian?
Terdapat beragam
faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas sosial, yaitu:
a. Faktor
Struktural
Sumber:
http://ericopieter.blogspot.co.id/2015/03/beberapa-fakta-presiden-dan-wakil.html
Gambar 2.8 Presiden yang pernah
memimpin Republik Indonesia.
Kalian tentu
mengenal semua presiden yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti
Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang
Yudhoyono, dan Joko Widodo. Ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai
status sosial yang tinggi berkat sistem demokrasi yang berlaku dalam politik di
Indonesia. Dengan sistem demokrasi, setiap warga negara Indonesia dapat
mencapai status sosial berupa jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang
tinggi bukan lagi didasarkan pada keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian
dipercaya menjadi pemimpin. Rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh di atas menjadi presiden bukan karena mereka
keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat.
Hal ini tentu berbeda dengan sistem pemerintahan kerajaan di mana
pengganti raja adalah keturunan sang raja sendiri.
Struktur
masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas
sosial setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan
anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh
Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Kalian tetap dapat mengejar
cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan
berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran
penting dalam perjuangan mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk
memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. Namun, pada masa
sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam
berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin karena
terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.
b. Faktor
Individu
Setiap individu
memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi
berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. Hal ini disebabkan
keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut.
Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar
pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap
memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup. Kalian dapat menemukan berbagai
contoh perbedaan individu orang-orang di sekitar tempat tinggalmu, yang
memengaruhi peluang mereka mengalami mobilitas sosial ke atas.
c. Faktor
Sosial
Setiap
perjuangan diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial
mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap manusia
dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya. Saat ia
dilahirkan, tidak ada satu manusia pun yang dapat memilih status. Apabila ia
tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari
kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
Kalian tentu
juga ingin meningkatkan status sosialmu. Orangtuamu juga selalu berpesan supaya
kalian belajar giat. Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil dari
orangtuamu.
d. Faktor
Ekonomi
adaan ekonomi
yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian dapat
memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat yang
kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial.
Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal,
pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat
yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan
dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar,
prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.
e. Faktor
Politik
Sumber:
http://goingtopplay.blogspot.co.id/2014/04/masa-revolusi-fisik-1945-1950.html
Gambar 2.10 Situasi perang zaman
revolusi kemerdekaan.
Bangsa Indonesia
patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. Kondisi negara
aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan
baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda
dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut, situasi
politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia
sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih
sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini
jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f. Kemudahan
dalam Akses Pendidikan
Jika pendidikan
berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan
pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. Sebaliknya,
kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak
menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena
kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Sumber:
http://flashnetku.blogspot.co.id
Gambar 2.11 Suasana pendidikan zaman
penjajahan yang serba terbatas.
Pada zaman
penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. Akibatnya, masyarakat
terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa. Penduduk
Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan Jepang
tidak lebih dari 10%. Kalian dapat memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda,
jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Bagaimana dengan
pendidikan di Indonesia pada masa sekarang? Kalian patut bersyukur karena
rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan.
Apabila kalian menginginkan pendidikan setinggi-tingginya, negara telah
menyediakan berbagai kemudahan. Untuk pendidikan SD dan SMP, negara telah
membebaskan biaya dasar pendidikan. Walaupun demikian, tentu bukan pendidikan
gratis. Sebab, kalau ingin mutu sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya
yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah
membebaskan biaya pendidikan. Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan
swasta memberikan banyak beasiswa.
Bagaimana dengan
pendidikan di perguruan tinggi? Selain berbagai beasiswa yang diberikan kepada
mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan,
pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa
mendaftar di perguruan tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden
Susilo Bambang Yudoyono tersebut bernama BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa
Miskin Berprestasi). Apabila merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian
dapat mendaftarkan diri di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI.
Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.
Selain memahami
berbagai faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kalian juga perlu
memahami berbagai faktor penghambat mobilitas sosial. Beberapa faktor pendorong
terjadinya mobilitas sosial yang telah kalian pelajari di atas pada dasarnya
juga merupakan faktor penghambat mobilitas sosial apabila kondisinya dibalik.
Sebagai contoh, pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas sosial apabila
sistem pendidikan bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa
sekarang. Apabila sistem pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas
sosial masyarakat pasti terhambat.
Beberapa faktor
penghambat mobilitas sosial adalah sebagai berikut.
a. Kemiskinan
Faktor ekonomi
dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status
sosial tertentu merupakan hal sangat sulit. Salah satu penyebab kemiskinan
adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan
terbatas.
Saat ini, negara
Indonesia masih memiliki penduduk miskin ± 12%. Hal ini menjadi hambatan dalam
mobilitas sosial. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan
tersebut dengan berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya
masyarakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan
mobilitas.
b.
Diskriminasi
Diskriminasi
berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bang, suku, ras, agama,
golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda
terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. Dalam memperoleh
pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda
dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa. Hal ini tentu mempersulit
mobilitas sosial rakyat Indonesia.
Demikian materi tentang Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial"