Pengaruh Kerja Sama Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan Pendidikan terhadap Kehidupan di ASEAN
a. Pengaruh
Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan
Ekonomi di Negara-Negara ASEAN
Para pemimpin
ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada
akhir 2015. Kesepakatan ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta
bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman
modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk memperluas lapangan pekerjaan
dan meningkatkan kesejahteraan. Pasar tunggal ini disebut dengan istilah Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Secara bertahap, MEA membuka peluang satu negara menjual
barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, akan
dibentuk pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, ahli keteknikan, guru,
akuntan, dan lain-lain. Bentuk interaksi ini akan membuka peluang tenaga kerja
asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup
atau kekurangan sumber daya manusianya.
Kondisi tersebut
menuntut semua penduduk di Asia Tengara dapat bersaing untuk menjadi tenaga
kerja di negara-negara ASEAN. MEA membuka pasar dan lapangan kerja yang semakin
bersaing sehingga berpengaruh terhadap penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan
yang berkualitas menjadi modal persaingan dalam menghasilkan lulusan yang
mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terbuka berpikiran global.
Kegiatan ekonomi berupa produksi, distribusi, dan konsumsi semakin luas dan
bersaing bebas antarnegara ASEAN.
b. Pengaruh
Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan
Sosial di Negara-Negara ASEAN
Kehidupan sosial
sangatlah dinamis. Kondisi dan status sosial masyarakat Asia Tenggara yang
berbeda dan hidup berdampingan terkadang memunculkan pertentangan karena
perbedaan kepentingan. Masalah-masalah kemanusiaan banyak terjadi akibat
interaksi sosial yang masih dipengaruhi sekat-sekat kepentingan.
Pada Tahun 2015,
ribuan pengungsi warga Myanmar membanjiri negara-negara tetangga, yaitu
Malaysia, Thailand, dan Indonesia dengan menggunakan perahu. Pengungsi ini
kemudian dikenal sebagai manusia perahu.
Sumber: www.dw.com
Gambar 1.15 Manusia perahu dari
Myanmar.
ASEAN mengimbau
negara-negara anggotanya agar menerima untuk sementara para manusia perahu itu
atas pertimbangan kemanusiaan. Migrasi ini berpengaruh terhadap dinamika jumlah
kependudukan suatu negara baik bagi yang mengungsi ataupun negara tujuan
pengungsian. Selain itu, menimbulkan interaksi sosial, seperti simpati dan
empati antarpengungsi dan penduduk setempat daerah pengungsian.
c. Pengaruh
Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan
Budaya di Negara-Negara ASEAN
Kebudayaan
adalah salah satu di antara 3 (tiga) pilar utama ASEAN dalam proses mengarah ke
tujuan membangun komunitas pada tahun 2015. Konferensi ke-6 Menteri Kebudayaan
dan Kesenian ASEAN di Kota Hue, Vietnam dengan tema “Meningkatkan peranan
kebudayaan terhadap perkembangan yang berkesinambungan dari komunitas ASEAN”
tanggal 19-20 April 2014, menegaskan tekad semua negara ASEAN tentang satu
komunitas bersama, visi bersama, dan jati diri bersama.
Sumber: baomoi.com
Gambar 1.16 Konferensi ke-6 Menteri Kebudayaan dan Kesenian ASEAN.
Seiring dengan
perjalanan selama 47 tahun, kerja sama budaya ASEAN telah mengalami
perkembangan dan perubahan, yang menonjolkan kebudayaan sebagai faktor yang
penting bagi pembangunan komunitas ASEAN secara berkesinambungan.Banyak
kegiatan hingga saat ini telah atau sedang dilaksanakan, misalnya membangun Kota
Budaya ASEAN, Perkemahan Pemuda ASEAN, dan Jaringan Kota Kuno ASEAN. Beberapa
aktivitas lain yang dilakukan sebagai dampak pengaruh perubahan komitmen
kebudayaan ASEAN antara lain sebagai berikut.
1) Festival
Budaya ASEAN (FBA)
Festival Budaya
ASEAN 2013 digelar di Kota Purwakarta, Jawa Barat, tanggal 29 Juni 2013.
Kegiatan itu diikuti sembilan negara, yaitu Malaysia, Brunei Darussalam,
Filipina, Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam dan tuan rumah Indonesia. Festival
ini merupakan ajang memperkenalkan kebudayaan Kota dan Kabupaten Purwakarta ke
masyarakat ASEAN, juga merupakan ajang mempertautkan dan memperkenalkan
kebudayaan sesama negara ASEAN. Bagi Indonesia, kegiatan ini merupakan salah
satu cara memperoleh devisa dari sektor pariwisata.
Sumber: jalan2.com
Gambar 1.17 Reog Ponorogo pada
Festival Budaya ASEAN tahun 2013.
2) Perkemahan
Budaya Serumpun ASEAN
Perkemahan
budaya serumpun adalah kegiatan perkemahan budaya negara-negara ASEAN yang
diprakarsai tiga negara, yaitu Indonesia–Malaysia–Brunei Darussalam. Kegiatan
ini bertujuan menanamkan dan meningkatkan pemahaman penghayatan nilai-nilai
budaya bangsa serumpun demi menciptakan ketahanan budaya. Perkemahan ini
diarahkan pada pembinaan mental dan spiritual, wawasan kebangsaan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, persaudaraan dan persahabatan, peningkatan
keterampilan, dan olahraga, serta kepedulian terhadap masyarakat.
Kegiatan ini
sudah beberapa kali berlangsung: tahun 2010 di Sambas, tahun 2012 di Makassar,
dan yang akan datang pada tahun 2017 di Kabupaten Siak. Kegiatan ini turut
mendukung kelestarian dan peningkatan
silaturahmi Bangsa Serumpun Indonesia – Malaysia – Brunei Darussalam. Selain
itu, turut serta mewariskan dan menanamkan nilai-nilai budaya luhur kepada
genersai muda Indonesia – Malaysia – Brunei Darussalam, serta memperkuat
komitmen terhadap suksesnya pendidikan, mendukung program kepariwisataan, khususnya
dengan memperkenalkan budaya daerah sebagai daerah tujuan wisata terpilih dan
spesifik.
3) Industri
Musik
Musik merupakan
salah satu hasil dari budaya. Saat ini, musik sudah menjadi salah satu cabang
industri yang dapat dinikmati oleh siapa pun dan di manapun. Di Asia Tenggara,
jenis musiknya beragam. Di Indonesia, salah satu musik khasnya adalah musik
dangdut. Perkembangan industri musik sangat maju. Konser, festival musik, dan
berbagai even lainnya menunjukkan hal tersebut.
d. Pengaruh
Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan
Politik di Negara-Negara ASEAN
Perubahan dan
interaksi antarruang juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan politik baik
antarnegara maupun antarmasyarakat di Asia Tenggara. Beberapa kasus yang
menjadi sorotan antara lain:
1) Sengketa
Perbatasan Wilayah
Masalah
perbatasan wilayah telah menjadi persoalan di beberapa negara ASEAN, seperti
kasus Pulau Natuna, kasus Sipadan dan Ligitan, kasus Kepulauan Spratly, dan
Kuil Preah Vihear, dan Pulau Pedra Branca.
Kasus Natuna
diawali klaim sepihak oleh Tiongkok tahun 2009 melalui gambar sembilan titik
yang ditarik dari Kepulauan Spratly di tengah Laut Tiongkok Selatan, dan dengan
cara itu mengklaim Pulau Natuna sebagai wilayah Zona Ekonomi Eksklusifnya.
Pengaruh perubahan kebijakan Tiongkok tersebut diprotes pemerintah Indonesia
melalui Komisi Landas Kontinen PBB. Sampai saat ini, PBB belum memprotes
tersebut. Tiongkok juga tidak pernah menyinggung isu itu, sehingga hubungan
Beijing-Jakarta relatif tenang. Untuk mencegah agar potensi konflik tidak
meluas, lebih dari 20 ribu personil TNI dikerahkan untuk menjaga perairan
Natuna, yang diperkirakan mengandung cadangan gas terbesar di Asia.
Sumber: jakarta.greater.com
Gambar 1.18 Letak Pulau Natuna.
Pulau Sipadan
dan Ligitan yang seharusnya milik Indonesia diklaim oleh Malaysia. Mahkamah
Internasional mengabulkan klaim Malaysia tersebut. Pengaruh putusan Mahkamah
Internasional menjadi pelajaran agar Indonesia lebih tertib dan tegas lagi
dalam melakukan inventarisasi batas wilayah, terutama di pulau-pulau terluar.
Saat ini,
Kepulauan Spratly masih menjadi objek sengketa negara Vietnam, Filipina, dan
Tiongkok. Thailand dan Kamboja juga bersengketa terkait batas wilayah di Kuil
Preah Vihear. Kasus Pulau Pedra Branca diklaim Malaysia, tetapi akhirnya
kepemilikannya jatuh kepada Singapura. Sengketa perebutan wilayah yang
mengklaim atau mengakui kepemilikan suatu wilayah tersebut terkadang
menimbulkan konflik antarnegara, sehingga perbatasan wilayah sangat sensitif
apabila terjadi sengketa. Negara-negara yang bersengketa tersebut terus mengupayakan
penyelesaian melalui cara diplomasi.
2) Pekerja
Migran
Pesatnya laju
globalisasi meningkatkan jumlah pekerja migran dari berbagai negara. Banyaknya
pekerja migran ini memerlukan aturan perlindungan hak dan kewajiban yang
selayaknya disepakati oleh negara-negara asal dan negara-negara tujuan. Beberapa
kasus pekerja migran yang menjadi perhatian negara-negara ASEAN antara lain
kerja paksa tenaga asing dengan biaya murah dan perdagangan pekerja rumah
tangga migran.
Sumber: Organisasi Perburuhan
Internasional/Internationl Labour Organization (ILO)
Gambar 1.19 Tempat penampungan pekerja
migran.
Bagi ASEAN,
kasus tersebut menjadi perhatian tersendiri. Beberapa negara ASEAN menawarkan
untuk menyusun peraturan terkait sistem rekrutmen, penempatan kerja, dan
besaran upah yang diberikan.
• Penguatan kerangka kebijakan regional bagi
perlindungan pekerja migran: Fokusnya adalah bantuan teknis kepada Kelompok
Kerja ASEAN tentang Pekerja Migran, yang terdiri dari serikat pekerja,
organisasi nonpemerintah, organisasi pekerja migran dan akademisi, untuk melakukan
advokasi, lobi, menyusun rancangan dan menyelenggarakan konsultasi regional dan
nasional mengenai Deklarasi ASEAN dan suatu Instrumen ASEAN yang bersifat
mengikat bagi Perlindungan Tenaga Kerja Migran, sebagaimana ditetapkan dalam
mandat Rencana Aksi Vientiane ASEAN.
• Penguatan Aliansi Regional bagi Perlindungan
Pekerja Rumah Tangga (Migran) (ADWA): Fokusnya adalah mendukung jejaring
nasional pekerja migran dan pekerja rumah tangga migran dalam membentuk Aliansi
Pekerja Rumah Tangga Asia di tingkat regional (Asian Domestic Workers
Alliance/ADWA) untuk mengadvokasi kesetaraan hak asasi manusia dan perlindungan
ketenagakerjaan bagi pekerja rumah tangga di Asia.
e. Pengaruh
Perubahan Ruang dan Interaksi Antarruang terhadap Keberlangsungan Kehidupan
Pendidikan di Asia Tenggara
Ketimpangan mutu
pendidikan antarnegara anggota ASEAN menjadi salah satu kendala terbesar ASEAN.
Dari 10 negara ASEAN, terdapat 7.446 perguruan tinggi dengan mutu pendidikan
yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri ASEAN dalam bidang
pendidikan.
Kualitas
pendidikan dan lulusan yang kompeten mengubah paradigma pendidikan di setiap
negara. Objek pelajaran, metode pembelajaran, dan guru yang kompeten menjadikan
masyarakat negara-negara ASEAN terutama pelajar akan mengakses informasi dan
belajar untuk meningkatkan pendidikannya.
Secara khusus menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, pemerintah Indonesia berupaya memberikan kesempatan kepada lembaga pendidikan melakukan reformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan. Contohnya, meningkatkan mutu pendidik baik bagi dosen atau guru melalui proses sertifikasi, akreditasi, standarisasi pendidikan, peningkatan gaji dan kesejahteraan pendidik, serta rekrutmen pendidik yang profesional.
Demikian materi tentang Pengaruh Kerjasama Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan Pendidikan terhadap Kehidupan di ASEAN. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Pengaruh Kerja Sama Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan Pendidikan terhadap Kehidupan di ASEAN"